PPLP PT PGRI || Pacitan – Awal mula berdiri dengan menindaklanjuti Konferda PGRI di Pacitan tahun 1980, untuk segera mendirikan perguruan tinggi di Pacitan. Tujuan untuk meningkatkan pendidikan guru. Pendidikan umum awalnya yang bisa dibuka 18 Agustus 1981 dan awal kuliah 20 September 1981 dengan masih ikut PGRI Jawa Timur, jelas Prof. Dr. Maryono, M.M., di kantor PPLP-PT PGRI Pacitan perkumpulan yang membawahi STKIP PGRI Pacitan, Jl.Cut Nya’ Dien 4A, Ploso, Pacitan, Kamis (6/6/24).
STKIP PGRI Jawa Timur di Pacitan memainkan peran penting dalam sejarah pendidikan di wilayah tersebut, sebelum akhirnya bergabung dengan STKIP PGRI Jawa Timur di Ponorogo. Lembaga ini mulai menerima mahasiswa pada tanggal 18 Agustus 1981, setelah pendaftaran dimulai, menandakan awal operasionalnya meskipun secara resmi diakui pada 22 Juni 1992 dengan izin pembukaan program D3.
Kampus ini bermula sebagai IKIP PGRI Jawa Timur pada 18 Juli 1981 dan kemudian bertransformasi menjadi STKIP PGRI Pacitan. Kuliah pertama diadakan pada 22 September 1981, menunjukkan eksistensi de facto sejak 18 Agustus 1981. Dies natalis STKIP PGRI Pacitan secara hukum didasarkan pada izin program D3 yang dikeluarkan pada 22 Juni 1992, tetapi operasional nyata sudah dimulai sejak 18 Agustus 1981.
Prof. Maryono, mantan Ketua STKIP PGRI Pacitan, berperan besar dalam pembukaan program D3 pada 22 Juni 1992. Awal berdiri walupun masih gabung dengan PGRI Jatim di Surabaya, kemudian perwakilan PGRI Jatim di Ponorogo. Untuk kegiatan kuliah sejak 1981 selalu berpindah-pindah dari SPG Negeri Pacitan ke SMIK Pacitan (SMKN 1 Pacitan), Kemudian tahun 1992 bari mempunyai Gedung sendiri.
Pada tahun 1992, Gedung yang dibangun, merupakan hasil kesepakatan para pendiri yang terdiri dari guru baik bernaung di Dinas Pendidikan maupun Dinas Agama. Gedung dibangun pada lahan seharga 2 juta rupiah, lahan dekat kuburan. Berdasarkan cerita yang berkembang STKIP PGRI Pacitan saat awal berdiri sebagai wilayah yang banyak dihuni ular dan menurut cerita angker. Wilayah tersebut yang sekarang parkiran dulu tempat yang digunakan untuk korban G30S PKI, serta lahan kuburan.
“Pembiayaan pembangunan lantai pertama gedung A sebesar 16 juta rupiah dikumpulkan dari sumbangan guru di bawah Departemen Agama (Depag) Pacitan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pacitan dan Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pacitan. Sisanya, sebesar 5 juta rupiah, ditutupi oleh STKIP PGRI Pacitan. Untuk prasasti masih bisa dilihat di Gedung A. Sedangkan lantai 2 bantuan dari Provinsi Jawa Timur,” jelas Prof.Maryono.
Maryono juga menceritakan cikal bakal STKIP PGRI Pacitan yang bermula dari Konferda 1980 yang dipimpin oleh Sutono, B.A, Misro Sudibyo, Mursodo, Sumarsono, Wagimin, dan unsur terkait lainnya. Mereka memutuskan bahwa Pacitan harus memiliki lembaga untuk mencetak guru. Peran pendiri seperti Drs. Suranto, Drs. P.H.Yoewono, Chabib, B.A., dan Soemarsono,B.A., sangat besar dalam perkembangan awal STKIP PGRI Pacitan, mengingat gelar Sarjana sangat langka di Pacitan saat itu. Sarjana sebagai salah satu syarat untuk mendiriikan secara mandiri perkuliahan di STKIP PGRI Pacitan.
Maryono mengenang perjuangan mereka menuju Surabaya, Madiun, atau Ponorogo saat awal STKIP PGRI Pacitan di tengah kesulitan transportasi, sering kali harus menumpang truk atau becak bertiga, serta menginap di rumah saudaranya di Ponorogo.
STKIP PGRI Pacitan memainkan peran krusial dalam sejarah pendidikan Pacitan sejak menerima mahasiswa pertama kali pada 18 Agustus 1981. Meskipun diakui secara resmi pada 22 Juni 1992, keberadaan nyata kampus ini sudah dimulai sejak 1981.
Terima kasih kepada para pendiri STKIP PGRI Pacitan dalam perjuangannya untuk membangun dan mengembangkan kampus ini, termasuk melalui sumbangan guru dan penggalangan dana.
Semoga Allah SWT memberikan tempat terbaik kepada para pendiri yang telah meninggalkan alam dunia. Amal jariyah semoga tetap mengalir kepada para pendiri. Kita yang masih di dunia bisa melanjutkan perjuangannya untuk terus mengembangkan dengan niat yang tulus demi cita-cita kita bersama. STKIP PGRI Pacitan milik kita bersama. Amiin YRA